oleh

Mengenal Pierluigi Collina, Si Wasit Botak di Balik Lamanya Masa Injury Time Piala Dunia Qatar

Editor:

SPORT, Jendela Satu— Salah satu yang menyedot perhatian dari Piala Dunia 2022 adalah masa injury time yang cukup lama.

Seperti pada laga Grup B antara Inggris vs Iran yang di babak pertama mendapat injury time 14 menit dan babak kedua 19 menit.

Rupanya, sosok Pierluigi Collina menjadi orang yang mencetuskan hal tersebut.

Pierluigi Collina, si wasit botak legendaris di balik lamanya masa injury time Piala Dunia 2022 akan diulas dalam artikel Okezone kali ini. Ajang Piala Dunia 2022 telah berlangsung sejak 20 November 2022 lalu.

Baca Juga:  Kabar Gembira, 24 Ruas Jalan di Sinjai Akan Dihotmix Tahun Ini, Kadis PUPR: Kerja Keras Pak Bupati

Dalangsir dari bola.okezone.com, sebagai pencinta dunia sepakbola mungkin Anda sudah tidak asing dengan sosok berkepala plontos dengan tatapan tajam yang satu ini.

Ia adalah Pierluigi Collina, seorang wasit legendaris yang terkenal dengan ketegasannya.

Sebelum tercatat sebagai Ketua Komite Wasit FIFA, Pierluigi Collina telah mengarungi dunia perwasitan sejak lama. Ia telah memimpin pertandingan Liga Italia sejak 2007 hingga 2010. Tak lama setelah itu Collina bekerja di UEFA sebagai wasit kepala dan Ketua Komite Wasit hingga 2018.

Baca Juga:  Dibantu Personel Brimob Bone, Tim SAR Gabungan Berhasil Temukan Warga Sinjai yang Tenggelam

Collina pun memiliki jam terbang yang tak main-main di level Liga Italia, Internasional, hingga Piala Dunia. Tak heran jika namanya telah begitu tersohor dan dihormati oleh pemain, manajer, hingga penggemar sepakbola.

Terlepas dari hal itu, Pierluigi Collina merupakan seorang lulusan ekonomi dari Universitas Bologna dan berprofesi sebagai konsultan keuangan di luar jamnya sebagai seorang wasit.

Baca Juga:  Polres Sinjai Ringkus Pengedar Obat Terlarang

Collina telah mengantongi sejumlah penghargaan, seperti Commendatore dell’Ordine al Merito della Repubblica Italiana pada 2003 dan Doktor “Honoris Causa” oleh Universitas of Hull pada 2004.

Komentar