oleh

Kamp di Bangladesh Terbakar, 12.000 Lebih Pengungsi Rohingya Kehilangan Tempat Tinggal

Editor:

Jendela Satu— Setidaknya 12.000 lebih pengungsi muslim Rohingya kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran yang melanda kamp di Cox’s Bazar, Bangladesh.

Dari kebakaran tersebut, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan sekitar 2.000 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran  dilalap si jago merah pada Minggu, (05/03).

Untuk diketahui, lebih dari satu juta pengungsi Rohingya bermukim di kamp-kamp di Cox’s Bazar, Bangladesh.

Baca Juga:  Pemadaman Singkat Berujung Pencadangan Layanan, 22 Ribu Pengguna Google Kena Dampak

Mereka terpaksa meninggalkan negaranya  karena kerap dianiaya, dikucilkan, dan diusir ke kamp-kamp pengungsian setelah penumpasan militer tahun 2017 silam.

Komisaris Bantuan dan Repatriasi Pengungsi, Mohammad Mizanur Rahman, mengatakan Bangladesh sedang menyelidiki penyebab kebakaran itu.

“Begitu kami mendapat laporan, akan jelas apakah itu tindakan sabotase atau bukan,” ujarnya seperti dilansir dari media internasional Reuters, Selasa (07/03/2023).

Baca Juga:  Pemkab Sinjai Apresiasi Ponpes Darul Istiqamah Lappae

Reuters menyampaikan, kebakaran juga pernah terjadi sebelumnya pada Maret 2021, sedikitnya 15 pengungsi meninggal dan menghancurkan lebih dari 10.000 rumah.

Salah satu pengungsi, Residen Shafiur Rahman (24) mendesak pihak berwenang untuk menyediakan fasilitas yang lebih baik.

“Rumah kami dibakar di Myanmar. Sekarang kami mengalami hal yang sama di sini,” ucapnya.

Baca Juga:  Keseruan Andi Kartini Saat Disopiri Wakil Bupati Bulukumba Dengan Mobil Listrik

Sementara itu, Amnesty International juga meminta pemerintah Bangladesh untuk menyediakan akomodasi yang lebih aman bagi para pengungsi.

“Pemerintah harus menyadari bahaya menjaga komunitas besar dalam kondisi tidak aman, terlalu padat dan mengambil langkah-langkah untuk menyediakan perumahan yang layak dan aman bagi komunitas Rohingya,” pungkas Yasasmin Kaviratne, juru kampanye regional organisasi Asia Selatan.

Penulis: Firdaus

Komentar