oleh

Opini: Tips Pola Makan Sehat Setelah Lebaran

Editor:

OPINI, Jendela Satu— Pada saat bulan suci Ramadan pola makan sangatlah berbeda dengan pola makan rutin sehari-hari di luar bulan suci Ramadan. Perbedaan pola makan ini akan terasa setelah berpuasa selama sebulan penuh.

Ini adalah waktu yang membawa keberuntungan bagi umat Islam di seluruh dunia.

Sepanjang bulan, umat Islam harus berpuasa dari pagi hingga malam, yang mengubah sebagian besar kebiasaan mereka.

Selama bulan Ramadan, mungkin makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak terlalu diperhatikan. Memang, saat berpuasa, orang sering tidak membedakan makanan dan minuman yang dikonsumsi selama yang disajikan sesuai dengan selera.

Begitupun setelah berpuasa, tetap dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang baik dan menerapkan pola hidup sehat lainnya agar manfaat kesehatan tetap dapat dirasakan, baik selama maupun setelah bulan puasa.

Oleh karena itu, setelah sebulan penuh berpuasa, penting untuk kembali memperhatikan kebiasaan dan kebiasaan makan yang sehat, serta menjaga kebiasaan baik setelah Ramadan. Berikut tips dalam menyesuaikan pola makan sehabis bulan Ramadan.

Baca Juga:  Piala Dunia 2022: Tanpa Pemain Mega Bintang, Arab Saudi 'Hancurkan' Argentina

1. Puasa dua kali seminggu

Tips hidup sehat yang pertama adalah tetap berpuasa sesuai dengan amalan sunnah. Kalaupun kewajiban puasa sudah selesai, usahakan untuk terus berpuasa dua hari dalam seminggu.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa puasa intermiten bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Penelitian telah menunjukkan bahwa puasa intermiten mempercepat pembuangan limbah yang ditinggalkan oleh sel-sel mati dan rusak di dalam tubuh.

Puasa juga terbukti memberikan manfaat fisik dan mental, seperti peningkatan daya ingat, tidur, fokus, dan energi. Puasa juga telah terbukti meningkatkan aktivitas dan pertumbuhan saraf.

2. Makan 2-3 kali sehari

Tips hidup sehat kedua, yaitu makan 2-3 kali sehari. Biasakan makan 2-3 kali sehari dengan interval teratur daripada harus makan 6 kali dalam porsi kecil.

Merasa lapar di antara waktu makan, bertentangan dengan kepercayaan populer, bisa sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik kita. Menurut sebuah penelitian, rasa lapar sebenarnya dapat melindungi dari penyakit Alzheimer.

Baca Juga:  Intip Karya Lukis Awi Tanrere Seniman Asal Sinjai

3. Makan buah kering
Tips hidup sehat ketiga, yaitu dengan makan buah kering. Tetaplah makan buah kering yang biasa Anda makan selama Ramadan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang telah mengeringkan kurma, maka berbukalah dengan itu, dan barangsiapa yang tidak, maka berbukalah dengan air, karena sesungguhnya air itu mensucikan.” (HR. Tirmidzi).

Kurma dan buah kering adalah sumber zat besi, serat, dan antioksidan yang sangat baik untuk melindungi anda dari radikal bebas berbahaya yang terkait dengan proses penuaan. Jika Anda menyukai makanan manis dan membutuhkan makanan penutup setelah makan, makanlah tiga buah kurma alih-alih sepotong kue cokelat yang kaya nutrisi.

4. Aturan 80/20.

Tips keempat, boleh menerapkan aturan 80/20. Coba terapkan aturan 80/20 dengan hanya makan sampai anda 80% kenyang. Cara yang baik untuk melakukannya adalah dengan makan perlahan, sehingga anda tahu seberapa kenyang anda saat makan.

Baca Juga:  Harga Ayam Pedaging di Sinjai Turun Drastis

Makan saat bepergian atau menonton TV merupakan kebiasaan buruk karena anda akan makan berlebihan dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mencerna dengan baik apa yang anda makan.

Selama bulan Ramadan, ritual puasa memungkinkan kita untuk secara sadar mengenali sinyal lapar dan kenyang dari tubuh. Oleh karena itu, hindari jatuh ke dalam kebiasaan makan yang sembrono dan yang terpenting, waspadalah terhadap makan berlebihan.

5. Aturan 1/3

Tips kelima, menggunakan aturan sepertiga. Ramadan benar-benar waktu yang tepat untuk belajar bagaimana merencanakan makanan kita dengan hati-hati dan menghindari perut kenyang setelah berbuka puasa, karena dapat membuat shalat tarawih menjengkelkan.

Penulis: Nurlita, Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Alauddin Makassar

Opini ini diluar tanggung jawab redaksi.

Komentar