JAKARTA, Jendela Satu— Suasana akademik yang penuh semangat kolaborasi mewarnai aula megah Universitas Xiamen ketika Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, tampil sebagai pembicara utama dalam kuliah umum bertajuk “The Role of Indonesian FDA at the National, Regional, and International Level”.
Dalam paparannya, Prof. Taruna menegaskan bahwa BPOM sebagai Food and Drug Authority (FDA) Indonesia memiliki mandat strategis, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga sebagai bagian integral dari sistem global yang menjamin keamanan, mutu, dan khasiat obat serta pangan di dunia.
“BPOM bukan sekadar lembaga pengawas, tetapi penjaga kehidupan. Kami memastikan setiap produk yang dikonsumsi masyarakat aman dan bermanfaat. Namun lebih dari itu, BPOM juga menjadi jembatan kolaborasi sains dan diplomasi kesehatan global,” ujar Prof. Taruna di hadapan mahasiswa dan sivitas akademika Universitas Xiamen, Minggu (08/11/2025).
Sebagai lembaga pemerintah non-kementerian, BPOM memiliki tanggung jawab menyeluruh dalam pengawasan obat dan makanan di Indonesia — mulai dari penerbitan izin edar, pengawasan pasca-edar, penegakan hukum administratif, hingga penguatan sistem mutu laboratorium nasional. Semua ini dijalankan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap produk yang aman, bermutu, dan berkhasiat.
Prof. Taruna menekankan pentingnya regulasi yang kokoh sebagai dasar pembangunan ekonomi berbasis kesehatan.
“Regulasi bukan untuk menghambat inovasi, melainkan untuk memastikan inovasi berjalan aman dan berkelanjutan. Inilah makna regulatory science yang kami kembangkan di BPOM,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Taruna juga menyoroti kiprah BPOM dalam memperkuat jejaring kerja sama internasional, baik di tingkat ASEAN maupun global. BPOM aktif dalam berbagai forum seperti ASEAN Pharmaceutical Product Working Group (PPWG), ASEAN Cosmetic Committee (ACC), serta ASEAN Food Safety Network (AFSN).
Secara global, BPOM merupakan anggota aktif WHO International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) dan International Food Safety Authorities Network (INFOSAN), serta menjalin kolaborasi erat dengan US FDA, European Medicines Agency (EMA), dan United States Pharmacopeia (USP).
Pencapaian BPOM sebagai otoritas regulatori berkelas dunia dengan status WHO Maturity Level 4 menegaskan posisi Indonesia sejajar dengan regulator utama di negara maju.
“Kolaborasi internasional adalah bentuk nyata diplomasi sains. Kita tidak hanya menjadi pengguna hasil riset dunia, tetapi juga kontributor aktif dalam menjaga keselamatan umat manusia,” ungkap Prof. Taruna.
Universitas Xiamen (Xiamen University/XMU), yang didirikan pada 1921 oleh dermawan Tan Kah Kee, dikenal luas sebagai salah satu universitas paling bergengsi di Asia. Menurut QS World University Rankings 2025, XMU menempati peringkat ke-24 di Asia dan ke-230 dunia, serta diakui oleh Times Higher Education (THE) sebagai salah satu universitas dengan pertumbuhan riset tercepat di Asia Timur.
Dengan reputasi unggul di bidang ilmu hayati, farmasi, bioteknologi, teknik, dan hubungan internasional, Xiamen University menjadi mitra strategis BPOM dalam memperkuat diplomasi ilmiah, riset kolaboratif, dan inovasi berbasis regulasi.
Dalam kegiatan ini, Prof. Taruna Ikrar didampingi oleh dr. Wachyudi Muchsin, S.Ked., S.H., M.Kes., C.Med., Staf Khusus Kepala BPOM RI, serta Lynda K. Wardhani, Ph.D., Kepala Biro Kerja Sama dan Humas BPOM RI.
Kuliah umum ini merupakan bagian dari rangkaian scientific diplomacy Indonesia di Tiongkok, di mana Prof. Taruna mempromosikan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan, kebijakan publik, dan industri kesehatan.
“BPOM hadir bukan hanya untuk melindungi masyarakat, tetapi juga untuk mendorong ekosistem inovasi yang sehat dan berkeadilan. Kolaborasi antara akademisi, bisnis, dan pemerintah adalah kunci menuju Indonesia Emas 2045,” tutup Prof. Taruna dengan penuh optimisme.







Komentar