Jendela Satu— Korea Utara (Korut) meluncurkan rudal balistik antar benua ICBM. Sabtu, (19/02/2023).
Sebelumnya pada (17/02), Korea Utara telah memperingatkan akan memberikan tanggapan kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya jika AS dan Korsel melanjutkan latihan militer yang direncanakan.
Seperti diketahui, Tes ICBM kali ini adalah tes yang ke-tiga dilakukan Korea Utara dalam setahun.
Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah mengatakan ICBM Hwasong-15 yang ditembakkan dalam latihan peluncuran kejutan ICBM di bawah perintah tertulis dari pemimpin Kim Jong Un.
Melansir dari CNN, KCNA melaporkan bahwa rudal itu terbang 989 kilometer (614 mil) selama hampir 67 menit ke ketinggian 5.768,5 kilometer (3.584 mil).
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan rudal itu mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang di sebelah barat pulau utama utara Hokkaido, yang memicu kecaman dari AS.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan ICBM Hwasong-15 Korut memiliki potensi untuk mencapai daratan AS.
“Rudal balistik kelas ICBM yang diluncurkan kali ini dapat memiliki jangkauan lebih dari 15.000 km jika dihitung berdasarkan jarak terbang ICBM ini,” katanya.
“Itu tergantung pada berat hulu ledak, tapi dalam hal ini, daratan AS akan dimasukkan dalam jangkauan,”sambungnya.
Korea Utara menguji misilnya di lintasan yang sangat tinggi. Jika mereka ditembakkan pada lintasan yang lebih datar, secara teori mereka akan memiliki kemampuan untuk mencapai daratan AS.
Menanggapi peluncuran ICBM Korut, Pemerintah AS menggambarkan peluncuran rudal sebagai pelanggaran mencolok terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB,” ujar Adrienne Watson juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Watson melanjutkan, sementara (Komando Indo-Pasifik AS) telah menilai itu tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel AS, atau wilayah, atau sekutu kami, peluncuran ini tidak perlu meningkatkan ketegangan dan berisiko mengacaukan situasi keamanan di kawasan itu.
“Itu hanya menunjukkan bahwa DPRK terus memprioritaskan senjata pemusnah massal dan program rudal balistik yang melanggar hukum atas kesejahteraan rakyatnya, ” tuturnya.
Lebih lanjut Watson menuturkan AS mendesak negara lain untuk mengutuk pelanggaran ini.
“AS mendesak negara lain untuk mengutuk pelanggaran ini dan meminta DPRK untuk menghentikan tindakan destabilisasi dan terlibat dalam dialog yang serius,” pungkasnya.
Komentar